14 Juni 2008

SMK Ketintang I Surabaya

SIAPKAN TENAGA KERJA SETENGAH JADI

Kemajuan jaman, ilmu pengetahuan dan teknologi telah menjadi isu pokok dalam pembangunan negara. Bahkan sekarang ini isu pendidikan telah menjadi isu politik yang cukup menarik untuk ditawarkan ke masyarakat terutama pra Pemilu mendatang. Masalah klasik pendidikan yang selalu menjadi perhatian dari tahun ke tahun seperti mutu pendidikan, dan relevansi pendidikan dengan kebutuhan masyarakat menjadi masalah yang relevan untuk dibahas. Terutama efisiensi pemanfaatan sumber daya bagi siswa sekolah setelah lulus di dunia kerja

Banyaknya didirikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Indonesia, baik Negeri maupun swasta yang menawarkan berbagai program kompetensi menarik, plus sarana dan prasarana memadai, menjadikan SMK sebagai alternatif tempat belajar pilihan saat ini. SMK Ketintang 1 contohnya, lembaga sekolah satu ini meskipun swasta namun tak mau kalah dalam urusan mencetak anak didiknya menjadi tenaga-tenaga ahli professional. Menurut Drs. Bagus Lelono Kalis yang menjabat sebagai Waka Kurikulum, SMK Ketintang I sengaja membuat program-program khusus untuk menjadi wadah bagi siswa yang mempunyai kompetensi dibidangnya masing-masing. Dan untuk mendukung kompetensi siswa tersebut, sekolah melengkapinya dengan sarana dan prasarana yang lengkap termasuk infrastruktur untuk dunia maya yaitu internet.

Bidang Keahlian

Sekolah yang jumlah siswanya 413 orang ini memiliki 3 bidang keahlian, Akutansi, Administrasi, dan Penjualan. Dari ketiganya, yang paling banyak diminati oleh para siswa adalah Akutansi dengan siswa sebanyak 150 orang. Administrasi 126 orang, dan sisanya adalah Penjualan dengan siswa berjumlah 137 orang.

Untuk mensukseskan program pemerintah yang tidak mentolerir siswa Sekolah Menengah Kejuruan yang tidak memiliki kompetensi keahlian, maka SMK Ketintang I tidak tanggung-tanggung untuk merangkul beberapa perusahaan besar semacam Gramedia dan Ramayana sebagai tim penguji dibidang Penjualan, Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) untuk bidang Akuntansi dan Ikatan Sekretaris Indonesia (ISI) sebagai tim penguji kompetensi Administrasi Perkantoran. Alhasil, nilai siswa SMK Ketintang I rata-rata 8, padahal prasyarat kelulusan SMK ditetapkan minimal nilai tujuh untuk uji kompetensi keahlian disamping tiga mata pelajaran yang diujikan dalam Ujian Nasional (UN).

Hasil ini patut diperhitungkan mengingat banyaknya persaingan antara Sekolah Kejuruan yang mengedepankan kualitas dan metode-metode mutakhir dalam bidang keahlian. SMK Ketintang I memiliki banyak tenaga ahli dan guru-guru produktif yang mumpuni.

Praktek Langsung

Siswa SMK Ketintang I Surabaya begitu antusias dalam mengikuti semua program keahlian karena metode yang dipakai oleh SMK Ketintang I berbeda dengan sekolah-sekolah lainnya. Salah satunya adalah dengan mengadakan praktek langsung seperti bazaar untuk bidang Penjualan yang diadakan di lapangan sekolah selama satu Minggu. Acara itu terbilang cukup sukses karena barang-barang yang ditawarkan adalah produk-produk yang dikonsumsi oleh masyarakat sehari-hari. Alhasil, pengunjung pun tidak hanya dari kalangan siswa saja, tetapi masyarakat sekitar sekolah juga turut berpartisipasi. Menariknya lagi, sang peninjau sekaligus pengujinya adalah dari pihak Gramedia dan Ramayana.

Dalam praktek uji kompetensi bazaar tersebut, disinilah siswa bidang keahlian Penjualan dituntut untuk membuat perencanaan, menjual barang dagangan dan bagaimana caranya supaya barang dagangan habis terjual, dan membuat laporan hasil akhir penjualan.

Dengan tanpa campur tangan dari para guru dan pembimbing, para siswa begitu mahir dalam mengolah barang dagangan, mulai dari membuat konsep dagangan, menata, memasarkan barang ke konsumen bahkan membuat perencanaan untuk promosi. Hasil bazaar yang diadakan itu terbilang cukup sukses.

Sementara untuk kompetensi Akuntansi, tugas siswa yaitu mengolah dan menyusun jurnal, memasukkan data dan segala sesuatu yang berhubungan dengan bidang accounting. Untuk kompetensi bidang Administrasi perkantoran, tugas siswa adalah mengolah dokumen termasuk menyusun dan mengatur dinas kepemipinan.

Setelah melalui berbagai praktek, per satu tahun sekali kemampuan tiap siswa akan diuji menggunakan materi keahlian masing-masing. Bersamaan dengan itu, saat presentasipun siswa harus memperesentasikannya dengan menggunakan bahasa Inggris di hadapan tim penguji.

The Best Ten

Begitu ketatnya persaingan antar lembaga-lembaga pendidikan terutama SMK sebagai salah satu sekolah keahlian, maka Drs. Bagus Lelono Kalis menyikapinya dengan tenang. “Justru dengan adanya persaingan antar lembaga Sekolah Kejuruan, saya bisa semakin termotivasi untuk memajukan sekolah saya,” tuturnya. Lelaki yang hobi membaca dan menulis ini mengaku kalau SMK Ketintang I seringkali masuk dalam 10 besar pada setiap lomba keterampilan siswa yang diadakan di Jawa Timur. Seperti halnya pada lomba yang diadakan di Jember, kompetensi bidang Penjualan terpilih di urutan ke-7 sementara Administrasi Perkantoran masuk pada peringkat 10 dari 57 peserta yang mengikuti lomba. “Itu adalah sesuatu yang sangat membanggakan buat kami,” imbuhnya bangga.

SMK Ketintang I yang lebih mengutamakan kompetensi dan kualitas sesuai slogannya Be competence and quality, yaitu memberi bekal kepada setiap siswa lulusan untuk diterima di dunia kerja sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Jadi, anggap saja SMK Ketintang I mendidik sembari menciptakan tenaga kerja setengah jadi, artinya apabila tidak bisa melanjutkan sekolah, minimal sudah memiliki bekal ketrampilan dan siap untuk bekerja. Disinilah tugas SMK Ketintang I terpenuhi yaitu bisa memenuhi ketercapaian kompetensi tamatan, dan sekaligus sebagai pemenuhan atas amanat UU Pendidikan pasal 61 UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Ulfie Fachrurrazy

0 Comments:

Post a Comment



 

blogger templates | Make Money Online