01 Juli 2008

Drs. Abdullah Ghafur HN Pengusaha Restoran

“Jadi Karyawan Dulu, Baru Bisa Jadi Pimpinan”

Menjalin hubungan dengan klien, bahkan nyaris dianggap bagian keluarga. Untuk mendapatkannya butuh bekal kejujuran, dan waktu yang lama untuk membangun kepercayaan. Itulah, tidak semua orang bisa, karena kepercayaan itu mahal harganya.

Drs. Abdullah Ghafur HN, alumni Universitas Airlangga ini, mendapatkan gelar sarjana Ekonomi pada 25 tahun silam. Ia lalu bekerja pada sebuah kantor Akuntan di Surabaya. Karena loyalitasnya sangat bagus dalam menjalin hubungan dengan kliennya, iapun mendapatkan sebuah kepercayaan untuk mengelola pabrik roti sang klien.

Kesempatan tidak pernah dating dua kali, tanpa piker panjang, iapun segera resign dari kantor Akuntan dan mengambil kesempatan itu. Babak baru usahanya telah dimulai, karena persaingan bisnis roti masih longgar, maka perusahaan roti yang dipimpinnyapun menjadi maju pesat. Tentu saja sang klien menjadi puas karena tak salah memilih orang kepercayaan. Akan tetapi, jalan tak selamanya mulus, ada sebuah konflik internal dalam perusahaan sehingga memaksanya untuk mengundurkan diri dari perusahaan.

Pengalaman adalah guru yang paling berharga buat Ghafur. Tak lama keluar dari perusahaan sang klien, tahun 1995 ia pun mendirikan perusahaan serupa. Nama Afina bakery pun berkibar diatas angin. Pesanan tidak hanya dating dari Surabaya dan Sidoarjo, akan tetapi luar kota seperti Jogjakarta, Magelang dan Bali. Tak ayal, tiap hari ia bisa menghabiskan tepung 2 ton dengan tenaga 200 orang karyawan.

Dalam sukses perjalanan usaha roti, kenyataan pahit terpaksa harus ditelan. Bahan baku naik menjadi 100 kali lipat. Hasil penjualan barang tak bisa menutupi biaya produksi, alhasil semua pengeluaran membengkak. Kenyataan pahit itu terus saja terjadi, sampai akhirnya ia tak ingin terlalu lama berada dalam kubangan Lumpur, ia pun mengambil keputusan mem-PHK ke 200 karyawannya. Tahun 2003, perusahaan yang telah berkembang itu terpaksa harus berhenti total karena imbas Krisis Moneter.

Tidak mau menyerah dengan keadaan, lelaki yang sering mengisi acara seminar kewirausahaan di Unair inipun banting setir. Ia kemudian mendirikan sebuah usaha di bidang makanan segar, alias restoran dengan menu andalan ikan bakar. Ketika ditanya tentang hobi dan keahliannya dalam bisnis yang dijalankan, lelaki yang memiliki 2 orang anak ini ternyata tidak mempunyai hobi maupun keahlian dalam bisnisnya. “Sebenarnya saya ataupun istri saya itu tidak suka masak, bahkan saat bisnis rotipun saya tidak bisa buat roti. Orang bisnis kan tidak dintuntut harus bisa, yang penting saya punya keahlian memimpin orang yang bisa,” sergahnya sembari berfilosofi.

Kendati telah lama malang melintang dalam berbisnis, Abdullah Ghafur juga mengalami kendala karena perubahan manajemen. Beruntung, ia didampingi seorang istri yang juga satu kelas semasa kuliah, Dra. Bektiati Teguh Wahyuni. Kesuksesan yang ia reguk tak lain karena dukungan dan campur tangan sang istri. Selain itu, kita sukses Abdullah Ghafur tak lain juga karena rasa syukurnya. Prinsipnya, setiap kali bersyukur atas apa yang dimiliki, maka rejeki akan ditambah. Sikap spiritualnya dalam berbisnis juga diimbangi dengan sikap intelektualitasnya dalam memimpin perusahaan.

Kini, ada sekitar 4 outlet restoran yang tersebar mulai Mojokerto, Gresik, Sidoarjo, dan yang baru saja launching Lesehan Kebon Pring di Surabaya. Karena melihat usianya yang semakin bertambah, lelaki 60 tahun ini telah menyiapkan putranya untuk meneruskan bisnisnya. “Saya memang telah menyiapkan putra saya untuk meneruskan bisnis ini, namun sebelumnya ia harus menjadi karyawan dulu baru jadi pemimpin. Ia harus bisa merasakan bagaimana susahnya ikut orang,” pungkasnya. Ulfie Fachrurrazy

0 Comments:

Post a Comment



 

blogger templates | Make Money Online