10 Juli 2008

Jika kamu ingin memulai sebuah bisnis, maka pilihlah yang sesuai dengan hobimu. Agaknya kalimat itu benar adanya, lama berjibaku dalam usaha batu bara dan menuai untung yang tak sedikit, bukan jaminan seseorang untuk mendapatkan kesuksesan usaha.
Dita Indraswari, contohnya, lajang 26 tahun ini telah lama menggeluti bisnis usaha batu bara bersama rekan rekannya. Meskipun penghasilan yang diperoleh lumayan besar bagi perempuan seusianya, akan tetapi dia merasa bahwa dunia batu bara itu bukanlah bidangnya.


Ada beberapa faktor penyebab gagalnya sebuah usaha, salah satunya adalah pengusaha tidak fokus atau total mengurusi suatu bidang usaha, dan penyebabnya karena usaha yang digeluti tidak sesuai dengan hobinya. Itulah yang menjadi alasan bagi lajang yang doyan shopping ini. Dia mengaku bahwa sejak kecil telah menyukai barang barang unik dan cantik. Kendati hanya sebagai pecinta dan pembeli alias tidak bisa membuat kerajinan, Dita tak keberatan untuk belajar sampai blusukan ke beberapa tempat pembuat kerajinan sekalipun.

Beragam benda kerajinan unik dia miliki, mulai dari yang modern, semi modern, dan tradisional. Dari hobinya mengoleksi benda benda kerajinan tersebut, akhirnya Dita terpikat pada sebuah kerajinan tangan yang terbuat dari bahan baku enceng gondok. Orang awam mungin tidak tahu tentang tumbuhan enceng gondok dan manfaatnya. Tumbuhan ini sering kita jumpai di desa pedalaman, enceng gondok seringkali dianggap masyarakat sebagai tumbuhan liar yang mengganggu pemandangan. Biasanya tumbuhan ini tumbuh subur di rawa, dan sungai. Dita menganggap bahwa kerajinan yang terbuat dari enceng gondok adalah sebuah kerajian yang unik dan ramah lingkungan. Itulah mengapa dia sangat bersemangat untuk mengumpulkan beberapa pengrajin untuk membuat aneka kerajinan dari bahan baku tumbuhan air ini dan memasarkannya. Saat ditemuai dirumahnya di bilangan Bratang Gede, wanita yang sebentar lagi akan menikah ini menuturkan bahwa peluang pasar untuk kerajinan enceng gondok sangat besar, terutama untuk pasar Bali. “setelah menikah, saya akan membuka usaha souvenir di Bali, karena kebetulan suami saya juga kerja disana,” tuturnya.

Bagai gayung bersambut, ekspansi ke Bali telah lama menjadi impiannya. Disana dia bisa mendampingi suami sembari berbisnis. “saya berharap produk yang saya bawa kesana nanti bisa bersaing dengan produk lainnya, karena di Bali, turis akan mengenal produk saya dan semoga mereka suka,” imbuh Dita.
Sejak menekuni kerajinan ini, Dita tak ingin setengah setengah, kendati belum genap satu tahun dalam menekuni bisnis, Dita telah menetapkan sederet rencana untuk Daoen Cantieq boutique, usaha miliknya. Salah satunya adalah memasarkan produk ke hotel bintang lima sampai ke pasar Eropa. Sebuah rencana yang tidak berlebihan, mengingat sebuah batang tumbuhan liar enceng gondok, akan menghasilkan kerajian anyaman furnitur yang cantik bernilai jutaan rupiah. Apalagi oleh tangan dingin Dita, desain furnitur akan kelihatan semakin menarik dan mewah karena dibantu sang ayah yang seorang arsitek.

Kendati Dita yang mengaku lebih fokus kepada kerajinan furnitur, namun ia juga memproduksi kerajinan dari bahan serupa, seperti kotak tisu, keset, box, sepatu, dompet, dan tas. Ia dibantu oleh 50 karyawan jika mendapat pesanan banyak.

0 Comments:

Post a Comment



 

blogger templates | Make Money Online