10 Juli 2008


KEPINCUT DENGAN BATIK RAMAH LINGKUNGAN

Bagi kawula muda, mengenakan baju batik adalah sesuatu yang jadul dan ndeso. Tapi seiring perkembangan jaman, mode batik pun mengikuti trend dan eye cathing untuk dikenakan. Tak ayal, berbagai kalangan pun tak segan mengenakan lukisan dari canting ini, bahkan kamula muda pun kini tak merasa jadul dan ndeso lagi.

Fenomena maraknya fashion batik tak lepas dari banyaknya butik dan gerai retail, mereka memajang apik koleksi batiknya dengan beragam mode. Alhasil, kerajinan tangan warisan leluhur inipun kian memikat, harganya pun dibandrol selangit, setara dengan fashion ternama.
Kerajinan batik di Indonesia yang sering kita tahu adalah dari Pekalongan, Yogyakarta, Solo, Madura, atau Sidoarjo. Masing masing batik menawarkan corak, dan motifnya sesuai kota asal. Dalam sebuah pameran kerajinan yang diadakan di Surabaya awal Juli lalu, ada yang menarik dari beberapa peserta pameran. Stand yang hanya berukuran sekitar 3 x 4 meter itu dijubeli oleh pengunjung. CV. Morinda, stand ini khusus menjual segala macam produk batik tenun ATBM. Menariknya, stand ini langsung berasal dari Karanganyar Solo, kota asal batik yang terkenal itu.
Beruntung, wartawan Tabloid Kerja langsung bisa bertemu dengan Drs. M. Sahid, sang pemilik Morinda. Dalam wawancara singkat, Sahid menceritakan awalnya ia adalah seorang desainer textil. Merasa mempunyai kemampuan untuk membuat batik, iapun kemudian mencoba peruntungan di bisnis batik.

Alih profesi
Hidup adalah bagaimana harus mengambil keputusan, tahun 2000 menjadi penentuan akan kelangsungan hidup dan bisnisnya. Sahid yang berprofesi sebagai dosen di Politeknik Solo inipun memilih untuk meninggalkan profesinya sebagai pengajar dan fokus untuk bisnis batik. Keputusan yang diambilnya itu dianggap pilihan yang tepat karena kini ia telah menuai hasilnya.
Sahid memilih menekuni batik bukan tanpa alasan, ia pun tak mau dibilang ikut-ikutan. Sahid punya obsesi untuk membuat tenun yang benar-benar beda dengan pengrajin tenun yang ada di kotanya. Buah karyanya adalah produk batik ramah lingkungan, namun apakah kira kira ada batik seperti itu? Dengan ramah Sahid menjelaskan bahwa batik ramah lingkungan atau batik alam adalah batik yang mengambil corak warna berbahan dasar dari tumbuh-tumbuhan, akar, bunga, buah, kulit buah, biji, atau daun. “Semua bahan itu saya pilih karena belum ada yang menggunakannya, lagi pula itu industri yang ramah lingkungan,” tegasnya.
Untuk proses pembuatan, lelaki 42 tahun ini mengaku bahwa prosesnya sama dengan membuat batik kebanyakan, bedanya mungkin ada pada lamanya proses membuat karena mengikuti motifnya. “Biasanya untuk menyelesaikan satu batik tulis, itu butuh proses 2 minggu sampai satu bulan baru bisa selesai,” kata Sahid. Penggarapan yang lama biasanya setimpal dengan hasil yang dicapai. Sahid pun membandrol harga batik tulis sekitar 1 sampai 2 jutaan untuk kain ukuran 2, 5 meter.
Selain batik tulis yang lebih menawarkan corak modern, Sahid juga memproduksi batik luwesan, yaitu batik dengan motif tradisional. Untuk batik luwesan harganya relatif lebih rendah, sekitar 50 ribu sampai 200 ribu, tergantung kain yang digunakan serta motifnya.

Pelanggan Tetap Jepang
Ketika ditanya tentang peminat batik tulis alam, suami dari Eka Rahmawati ini mengaku justru produknya belum terkenal di Indonesia, apalagi Surabaya. “Hampir 80% pembeli saya itu dari Jepang dan luar negeri, mereka adalah pelanggan tetap, lalu selebihnya baru Indonesia, wilayah Jakarta. Kalau Surabaya malah tidak ada sama sekali,” tuturnya sembari sibuk melipat batiknya.
Lalu bagaimana mungkin terkenal di luar negeri tapi tidak di kenal di Indonesia, Sahid mengakui ia kekurangan tenaga ahli, selain itu pemasaran dan juga terhambat dalam hal permodalan. Ia menceritakan, proses awal bisnis saja ia hanya mempunyai modal 5 juta. Tapi seiring berjalannya waktu, Sahid yang awalnya hanya mempunyai satu pekerja pada tahun 2000 lalu, kini ia telah memiliki sekitar 20 orang karyawan dengan omset 50 juta perbulan.
Batik tulis alam merupakan konsep baru dalam kerajinan tangan batik, alhasil buah karya Sahid inipun mendapat penghargaan dari Pemkab Jawa Tengah, sebagai juara I Karya Produk Busana Nasional. Tidak itu saja, Sahid juga mendapatkan penghargaan sebagai perancang mode Jawa Tengah dan perancang mode Putra & Putri Jawa Tengah. Ulfie Fachrurrazy

0 Comments:

Post a Comment



 

blogger templates | Make Money Online